Jumat, 09 Agustus 2013

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM KARTU JAKARTA SEHAT DI KECAMATAN PASAR MINGGU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
PROVINSI DKI JAKARTA

USULAN PENELITIAN
Diajukan sebagai bahan Sidang Usulan Penelitian dalam
rangka penulisan Skripsi Jenjang Sarjana

OLEH
YANUS KEPNO
102041060

Program Studi: Ilmu Pemerintahan

SEKOLAH TINGGI ILMU PEMERINTAHAN
ABDI NEGARA
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1948 dan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H, menetapkan bahwa kesehatan merupakan hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 5 ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
1
Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.Kemudian pada ayat (3) bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.Selanjutnya pada pasal 6 ditegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kesehatan merupakan salah satu indikator dalam tingkat kesejahteraan seseorang pada khususnya, dan taraf hidup masyarakat pada umumnya. Sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan mengakibatkan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia menjadi rendah khususnya di jakarta. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor Seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan untuk saat ini memang mahal.Peningkatan biaya kesehatan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit Perkembangan tekhnologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket.Tingkat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah.
Kesehatan juga menandakan suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi tingkat kesehatan, yang besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia dan modal bagi pelaksanaan pembangunan yang pada dasarnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, merupakan tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut.
Berkenaan dengan hal tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai Indonesia sehat dan menjamin akses penduduk, khususnya penduduk miskin, terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas adil dan merata.Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui pengembangan dan perluasan jaringan pelayanan kesehatan agar berada sedekat mungkin dengan penduduk yang membutuhkan. Salah satunya, adalah melalui program Jaminan pemeliharaan Kesehatan Masyarakat miskin (JPK-MM), yang sudah berjalan mulai tahun 2005 hingga tahun 2008, dan Program pemeliharaan masyarakat miskin (JPK-MM) adapun program lain, program dampak pengurangan subsidi energi (PDSPE) tahun 2002-2003, program kompensasi bahan bakar minyak (PKPS-BBM) tahun 2003-2004, program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin (JPK-MM) yang berupa Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN) tahun 2004-2007, dan dari ASKESKIN menjadi JAMKESMAS.
Berbicara mengenai jaminan asuransi kesehatan maka khususnya pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta  membuat suatu Program yang bertepatan dengan peringatan hari Pahlawan, 10 November 2012 yang lalu, Gubernur DKI Jakarta meluncurkan program baru terkait dengan kesehatan di Jakarta. Program kesehatan ini dikenal di masyarakat DKI Jakarta sebagai Kartu Sehat Jakarta.Pelaksanaan Kartu Sehat Jakarta atau disingkat KJSadalah bentuk belanja bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin atau masyarakat tidak mampu serta peserta lainnya yang iurannya dibayar oleh Pemerintah.Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap peserta menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya. Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.
Sebagai Provinsi terdepan di republik Indonesia, langkah yang diambil oleh Gubernur DKI Jakarta ini, yaitu Joko Widodo atau yang biasa dikenal Jokowi patut diapresiasi oleh segenap insan kesehatan, baik itu dari kalangan medis maupun kalangan keperawatan. Apalagi Jokowi dalam beberapa informasi yang disampaikan oleh media massa menyebutkan bahwa semua warga DKI Jakarta akan terdaftar dan memiliki KJS ini, tidak hanya masyarakat Jakarta yang miskin akan tetapi masyarakat Jakarta yang hidup berkecukupan pun akan memperoleh manfaat dari program baru Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Kartu Jakarta Sehat ini adalah bagian dari program Gubernur Jokowi untuk mengansuransikan seluruh penduduk Jakarta. Untuk sementara ini, klaim dari penggunaan Kartu Jakarta Sehat ini masih menggunakan budget Jamkesda. Peluncuran Kartu Jakarta Sehat ini sempat ditanggapi oleh Badan Anggaran DPRD Propinsi DKI Jakarta karena pagu anggaran dari program tersebut belum ada, dan berbenturan dengan program Kartu Gakin yang telah ada sebelumnya.
Selain dari anggaran pelaksanaan KJS ini yang belum jelas atau belum disetujui oleh DPRD DKI Jakarta, ternyata masih banyak permasalahan yang perlu segera ditanggulangi guna suksesnya program unggulan Jokowi ini. Diantaranya adalah kesiapan sarana dan prasarana terkait dengan program KJS ini, apakah Jowoki beserta aparat pemerintah DKI sudah mempersiapkannya sehingga detail terhadap program unggulannya ini, karena sebagaimana program-program yang melibatkan masyarakat luas yang dilaksanakan selama ini, kerap kali kesiapan daripada operator maupun policy yang menaungi kebijakan tersebut tidak berjalan sebagai mana yang dikehendaki.
Agar program Kartu Jakarta Sehat ini tidak menjadi program Kartu Jakarta Sakit, dimana akhirnya masyarakat Jakarta tidak mengindahkan gaya hidup sehat karena merasa bahwa biaya kesehatan sudah ada yang menanggung, kiranya pihak pemerintah DKI Jakarta wajib mensosialisasikan bagaimana pelaksanaan warga DKI Jakarta ini dalam memanfaatkan program KJS ini. Sebaiknya diberikan promosi kesehatan dahulu oleh Dinas Kesehatan masing-masing wilayah yang dilakukan oleh personil Sarjana Kesehatan Masyarakat atau melibatkan Perawat Komunitas yang bekerja di berbagai Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat.
Selain itu, masyarakat yang mengakses Rumah Sakit (RS) pemerintah untuk meminta pelayanan kesehatan wajib untuk melalui syarat yang diperlukan, yaitu ke Puskesmas terlebih dahulu dan apabila tidak dapat ditangani Puskesmas baru dirujuk kepada instansi yang lebih tinggi. Alangkah lebih baiknya apabil petugas-petugas kesehatan yang ada di Puskesmas melakukan home visit terkait kasus-kasus penyakit kronis yang ada di masyarakat yang kemungkinan sembuhnya saat mendapatkan pelayanan kesehatan di RS sangat minim.
Sehingga RS yang telah ditunjuk oleh pemerintah DKI sabagaimana kami tautkan disini, tidak dibebani tugas lain yang semakin berat yang tidak sesuai dengan fungsi dan perannya. Selain itu Puskesmas yang ada pun akan lebih optimal kinerjanya dalam memberikan pelayanan di masyarakat. Sinergisme dari pelayanan yang dilakukan oleh Puskemas dan RS yang lebih tinggi ini tentunya harus melibatkan perencanaan dan budgeting (Dana) dari Dinas Kesehatan setempat untuk kemudian dilaporkan dan ditindak lanjuti oleh aparat pemerintah DKI Jakarta yang lebih tinggi.




B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis dapat membuat identifikasi masalah antara lain sebagai berikut:
1.                  Tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan untuk saat ini memang mahal.
2.                  Peningkatan biaya kesehatan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit Perkembangan tekhnologi kesehatan dan kedokteran,
3.                  Anggaran pelaksanaan KJS ini yang belum jelas atau belum disetujui oleh DPRD DKI Jakarta
4.                  Pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket.
5.                  Tingkat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah.
6.                  masyarakat belum memahami bagaimana cara mendapatkan kartu jakarta sehat serta prosedur penggunaan kartu tersebut.
7.                  Masih kurangnya sarana dan prasarana di puskesmas setempat

8.                   
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi masalah ruang lingkuppenelitian, maka penulis perlu menentukan pembatasan masalah yang diteliti lebih fokus dan tepat pada sasaran. Disampin itu, adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga oleh karena itu penulis membatasi masalah  dan fokus pada “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadapImplementasi Program Kartu jakarta sehatDi Puskesmas Kecamatan Pasar Miggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.
D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalahmaka, dalam skripsi ini penulis membuat perumusan masalah sebagai berikit yaitu “
1)         Apakah terdapat Pengaruh Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadap Implementasi Program Kartu jakarta sehat Di Puskesmas Kecamatan Pasar Miggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.
2)         Sebarapa besar Pengaruh Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadap Implementasi Program Kartu jakarta sehat Di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.
 




E.  Maksud dan Tujuan Penelitian
1.Maksud Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka maksud penelitian ini adalah Apakah terdapat Pengaruh Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadapImplementasi Program Kartu jakarta sehatDi Puskesmas Kecamatan Pasar Miggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.
2.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil mengenai analisis,Mengetahui Pengaruh Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadap Implementasi Program Kartu jakarta sehat Di Puskesmas Kecamatan Pasar Miggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.
F.  Kegunaan Penelitian
1.Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi untuk mengembangkan Ilmu Pemerintahan yang berkait dengan masalahMengetahui Pengaruh Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadapImplementasi Program Kartu jakarta sehatDi Puskesmas Kecamatan Pasar Miggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.



2. Kegunaan Pratis
Adapun bahan masukan bagi Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu kota Administrasi Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, terutama mengenai besarnya pengaruh Implementasi Program Jamkesmas Terhadap Kepuasan Masyarakat Di Puskesmas Kecamatan Pasar Miggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.
3.Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah wawasan berfikir dengan meningkat pemahaman yang bekait dengan permasalahan penelitian ini.













BAB II
KERANGKA TEORITIS
A.    Tinjauan Pustaka
a.      Teori Umum Pemerintahan
1)      Pengertian Ilmu pemerintahan
Pemerintahan sebagai ilmu pengetahuan yang merupakan fenomena masyarakat yang baru, karena timbul dari cabang ilmu-ilmu sosial. Sekalipun pemerintahan sebagai ilmu pengetahuan baru berkembang, dan mencakup prinsip-prinsip yang universal, namun dalam prakteknya harus disesuaikan dengan situasi lingkungan dengan memperhatikan faktor pengaruh terhadap perkembangan ilmu pemerintahan sebagai suatu disiplin ilmu berdiri sendiri, yang sejajar dengan ilmu lainnya, yaitu mengarah pada ilmu pemerintahan yang mandiri.
Menurut D. G. A. Van Poelje (dalam Syafiie 2005:21) menyatakan: Ilmu pemerintahan mengajarkan bagaimana dinas umum disusun dan dipimpin dengan sebaik-baiknya, dan juga bahwa ilmu pemerintahan begitu penting dan komples, karena dalam ilmu pemerintahan mempelajari bagaimana melaksanakan pengurusan eksekutif, pengaruh legislatif, kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan (baik pusat dengan daerah, maupun rakyat dengan pemerintahannya).
Sedangkan Menurut Taliziduhu Ndraha (2007:7) ilmu pemerintahan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntutan tiap orang akan jasa publik dan layanan public serta layanan sipil dalam hubungan pemerintahan (sehingga dapat diterima pada saat dibutuhkan oleh yang bersangkutan.
Sementara itu menurut pendapat G.H. Scholten (dalam Ermaya Suradinata (200:7-8) berpendapat bahwa ilmu pemerintahan perlu menjembatani ilmu-ilmu sosial sosial lainnya dengan menggunakan kontruksi yang praktis, mengingat perkembangan-perkembangan berbagai ilmu lainnya yang sangat berpengaruh pada perkembangan ilmu pemerintahan.
Namun menurut pendapat A.Van Braam masih (dalam Ermaya Suradinata (2008:8) memandang ilmu pemerintahan sebagai ilmu yang sebagian besar masih mewujudkan diri dalam bentuk himpunan dari aneka jenis studi tentang gejala pemerintahan yang dilakukan oleh ilmu sosial. Ilmu pemerintahan yang berkembang sangat pesat menunjukkan bahwa ilmu tersebut memanfaatkan hasil-hasil berbagai ilmu sosial dalam kehidupan pemerintahan, baik dalam hal struktur kelembagaan, ketatalaksanaan maupun dalam hal dinamika manusianya.
b)     Pemerintah dan Pemerintahan
1)      Pemerintah
Menurut Inu Kencana Syafiie (2001:43) secara etimologi pemerintahan berasal dari kata “perintah” yang kemudian mendapat imbuan sebagai berikut :
a)      Mendapat awalan “pe” menjadi kata “pemerintah” yang berarti badan atau organisasi elit yang melakukan pekerjaan mengurus suatu Negara.
b)      Mendapat akhiran “an” menjadi kata “pemerintahan” berarti perihal, cara, perbuatan atau urusan dari badan yang berkuasa dan memiliki legitimasi.
Di dalam kata dasar “perintah” paling sedikit ada empat unsur penting yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
a)      Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan pihak yang diperintah disebut rakyat.
b)      Pihak yang memerintah memiliki kewenangan dan legitimasi untuk mengatur dan mengurus rakyatnya.
c)      Hak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada pemerintah yang sah.
d)     Antara pihak yang memerintah dan pihak yang perintah terdapat hubungan timbal balik secara vertikal Maupun horizontal.
Untuk memperjelas pengertian pemerintah, berikut dikemukakan batasan.
Menurut Ermaya Suradinata (2002:16) pemerintah merupakan suatu badan penyelenggaraan atas nama rakyat untuk mencapai tujuan negara, sedangkan proses kegiatan disebut pemerintahan dan besar kecinya kekuasaan pemerintah bersumber dari rakyat, dengan pemerintah dalam menjalankan proses kegiatan Negara harus berdasarkan kemauan rakyat. Dalam Negara demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, maka rakyatlah yang secara langsung turut mengendalikan perjalanan bangsa dan Negara, karena rakyatlah yang menjadi jiwa bagi kehidupan dan proses berjalannya suatu Negara.
Sedangkan menurut C. F. Strong tersebut adalah: “Pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan Negara baik ke dalam maupun keluar. Oleh karena itu pemerintah pertama harus mempunyai kekuatan tentara atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan perang, kedua harus kekuatan legislativ dalam arti membuat undang-undang, ketiga harus mempunyai kekuatan financial, yaitu kekuasaan untuk menutupi pembiayaan dalam mempertahankan Negara dan menegakan hukum untuk atas nama Negara”.
Sementara itu menurut pendapat Utrech (dalam Ermaya Suradinara, 2002:14) mendefinisikan pemerintahan dengan ada tiga pengertian yang berbeda, pertama pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa memerintah, dalam arti luas semua badan kenegaraan yang bertugas menyelenggrakan kesejahteraan umum, hal ini berarti mencakup badan legislatif, eksekutif, yudikatif, kedua pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa memerintah wilayah suatu Negara, ketiga pemerintah sebagai dalam arti kepala Negara (presiden bersama dengan para menterinya).
Namun masih menurut Ermaya Suradinata (2002:2) pemerintah adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu Negara, mencakup urusan masyarakat, teritorial, dan urusan kekuasaan dalam rangka pencapaian tujuan Negara.
Pemerintah juga merupakan seni mengelola kekuasaan, yang telah hadir bersama dengan adanya manusia sejak awal kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia mempunyai keinginan yang berbeda-beda yang cenderung menciptakan ketidak harmonisan, oleh karean itu dibentuklah pemerintah adalah untuk melayani bukan untuk dilayani terhadap masyarakat dan menjaga system ketertiban keamanan dimana masyarakat dapat menjalankan kehidupannya  secara wajar.
Sedangkan  menurut  Ridwan (2005:60) menyatakan  bahwa  dalam  organisasi pemerintahan,sumberdaya  manusia sering disebut sebagai aparat,yaitu  pegawai yang  melaksanakan  tugas-tugas kelembagaannya. Bagi seorang aparat atau pegawai yang telah diatur dalam tugas dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya untuk memotivasi  dalam kepuasan  masyarakat dan mencapai suatu  tujuan, yang merupakan penggerak kemauan dan keinginan kerja menurut aturan-aturan atau  batasan-batasan  yang  telah ditentukan.
2)      Pemerintahan
Menurut Ermaya Suradinata (1998:10) tersebut menegaskan bahwa apabila suatu Negara, kekuasaan pemerintah dibagi atau dipisahkan, maka terdapat perbedaan antara pemerintahan dalam arti luas dengan pemerintah dalam arti sempit. Pemerintahan dalam arti luas adalah lembaga eksekutif dan lembaga yang membuat peraturan perundang-undangan (legislatif) dan yang melaksanakan peradilan (yudikatif). Sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah lembaga yang mengurus pelaksanaan pada pemerintah (eksekutif).
Serta tambahkan lagi menurut Ermaya Suradinata (2002:14-15), pemerintahan adalah proses kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pandangan tentang pemerintahan tersebut sangat luas, karena semua aktivitas kegiatan Negara digerakkan dalam rangka memberikan kesejahteraan dan rasa aman pada masyarakatnya. Proses tersebut melibatkan lembaga militer, kepolisian, fungsi legislatif, keuangan dan penegakan hukum yang berkeadilan, dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi dalam berbagai bidang pembangunan bagi kepentingan bangsa dan Negara.
Sedangkan menurut Riyaas Rasyid (1996:58), pemerintahan dalam maknanya ditinjau dari segi etika dan kepemimpinan memiliki tiga fungsi hakikat pemerintahan, yaitu pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development).
Sementara menurut G.H. Van Poelje (dalam Ermaya Suradinata, 2002:12) pemerintahan sebagai suatu ilmu pengetahuan merupakan fenomena masyarakat yang baru, karena timbul dari cabang-cabang ilmu sosial, sekalipun pemerintahan sebagai ilmu pengetahuan yang baru berkembang, serta ilmu pemerintahan yang merupakan salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, yang sejajar dengan ilmu sosial yang lainnya.








1.      Teori Operasional
a)      Pemimpin dan Kepemimpinan
1)      Pengertian Pemimpin
            Menurut Dann Suganda (1986:62), pemimpin adalah sebagai orang yang tugas mempengaruhi, mengarahkan, dan membimbing bawahan, dan mampu memperoleh dukungan bawahan hingga dapat menggerakkan mereka ke arah pencapaian tujuan organisasi.
            Sementara menurut Pancasila (dalam H Malayu S.P. Hasibuan) pimpinan harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menutun, dan membimbing asuhannya, atau dengan kata lain Ingarsa Sung Taladha yaitu seorang pemimpin harus mampu dengan sifat perbuatannya menjadikan dirinya pola panutan dan ikatan bagi orang-orang yang dipimpinnya, Ing Madya Mangun Karsa yaitu seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya, dan Tut Wuri Handayani yaitu seorang pemimpin mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya dan berani berjalan di depan serta sanggup bertanggungjawab.
            Selanjutnya menurut Sugeng Pamuji (1995:91-94), dapat diklasifikasikan sebagai sifat-sifat yang perlu dikembangkan oleh seorang pemimpin pemerintahan di Indonesia sebagai berikut:
a)      Adil ialah kemampuan memberlakukan anak buahnya secara sama, tidak membeda-bedakan satu sama lain.
b)      Arif bijaksana ialah kecakapan dan kepandaian bertindak atau bersikap menghadapi orang lain.
c)      Penuh prakarsa (inisiatif) yaitu sumber inspirasi dan sumber dinamika yang mampu menggerakkan orang lain.
d)     Percaya pada diri sendiri yaitu sesuatu yang menimbulkan keseimbangan jiwa dan pikian pada akhirnya menumbuhkan semangat optimisme dalam rangka mencapai tujuan.
e)      Penuh daya pemikat yaitu sesuatu yang dapat menarik atau memikat.
f)       Ulet yaitu sifat tidak mudah putus asa dalam rangka menghadapi kesulitan.
g)      Mudah mengambil keputusan yaitu menggambarkan sifat tegas tidak ragu-ragu sehingga sesuatu dapat terlaksana.
h)      Jujur yaitu sifat suka bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada dalam rangka pencapaian tujuan dan kejujuran merupakan jaminan bahwa pemimpin tidak mementingkan diri sendiri atau golongannya.
i)        Berani mengawas diri yaitu sifat melihat ke dalam diri sendiri dan ke dalam tubuh organisasi untuk melihat ke dalam diri sekurang-kurangnya untuk selanjutnya ditutupinya.
j)        Komunikatif yaitu mudah menyampaikan sesuatu pada pihak lain dengan menggunakan cara-cara dan gaya yang mudah diterima.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pemimpin adalah orang yang memimpin: ia ditunjuk menjadi ~ organisasi itu; (2) petunjuk; buku petunjuk (pedoman).

2)      Kepemimpinan Kepala Puskesmas
a)      Kepemimpinan
Menurut Inu Kencana Syafiie (2003:1) secara etimologi bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut:
a)         Berasal dari kata dasar “pimpin” (dalam bahasa inggris “Lead”) berarti bimbingan atau tuntun, dengan begitu di dalamnya terkandung dua aspek yaitu yang memimpin dan yang dipimpin.
b)        Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (dalam bahasa inggris “Leader”) berarti orang yang mempengaruhi pihak melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.
c)         Apabila ditambah akhiran “an” menjadi “pimpinan” artinya yang mengepalai. Antara pemimpin dengan pimpinan dapat dibedakan, yaitu pimpinan (kepala), yang cenderung otokratis, sedangkan pemimpin (ketua) yang cenderung demokratis.
d)        Apabila ditambahkan awalan “ke” menjadi kepemimpinan (dalam bahasa inggris “leadership”) kemampuan dari kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar meakukan tindakan pencapaian tujuan bersama.
              Menurut Ermaya Suradinata (2002:108), secara umum perngertian tentang kepemimpinan (leadership) menunjukan bahwa dalam setiap langka dan permasalahan kepemimpinan selalu terdapat tiga unsur terkait yang saling mempengaruhi, yaitu:
a)             Unsur manusia, yaitu manusia yang melaksanakan kegiatan memimpin atas sejumlah manusia lain atau manusia yang memimpin dan manusia yang dipimpin.
b)             Unsur sarana, yaitu prinsip teknik kepemimpinan yang digunakan dalam melaksanakan kepemimpinan, termasuk bakat dan pengetahuan, serta pengalaman, dan
c)             Unsur tujuan, yaitu merupakan sarana kearah mana kelompok manusia tersebut yang hendak dicapai bersama.
              Menurut Odway Tead (dalam Dann Suganda 1986:64), kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
              Sedangkan menurut Siagian (2002:62), kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempemgaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa, sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu tidak disenanginya.
            Sunindhia (1993:3), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sutu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama.
a)           Kepala Puskesmas
Secara harafia Kepala adalah ketua, atau pimpinan yang memimpin suatu badan atau organisasi baik itu pemerintahan atau swasta.
Sedangkan Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota  yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Visi yang dimiliki oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Masyarakat hidup dalam lingkungan  dan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata sehingga mampu untuk memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya.
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja .
Kepemimpinan kepala puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban.Seluruh kegiatan di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006).








a.       Sintesa kepemimpinan kepala puskesmas
                  Berdasarkan teori-teori dan penjalasan di atas, maka penulis dapat membuat kesimpulan yaitu bahwa Kepemimpinan Kepala Puskesmas adalah suatu seni yang dimiliki Kepala Puskesmas untuk mempengaruhi, mendorong, dan menggerakan bawahannya dan atau masyarakat untuk mencapai tujuan organisasi.
                  Adapun  indikator dari Kepemimpinan Kepala Puskesmas yaitu sebagai berikut:
1)      Seni
2)      Mempengaruhi
3)      Mendorong
4)      Bawahan
5)      mencapai tujuan
3)      Implementasi program Kartu Jakarta sehat
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Menurut Majone dan wildavsky (dalam nurdin dan usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi.
Menurut Browne dan wildavsky (dalam nurdin dan usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.
Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh mclaughin (dalam nurdin dan usman, 2004).
Adapun schubert (dalam nurdin dan usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah system rekayasa.”
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Sedangkan Program secara sederhana memimiliki makna sebagai suatu kebijakan yang dikeluarga pemerintah atau organisasi Negara dengan melihat suatu fenomena yang terjadi ataupun dirasakan oleh masyarakat. Program sendiri mempunyai tujuan yaitu sebagi pemecah masalah atau solusi akan fenomena yang terjadi pada masyarakat.
Penerapan program Kartu Jakarta Sehat yang dicanangkan Gubernur DKI Jakarta, waktu lalu, kini sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh warga Jakarta. Warga pun dengan antusias menyambut kebijakan pelayanan kesehatan Pemprov DKI Jakarta.
Kartu Jakarta Sehat (KJS) adalah program bantuan sosial yang pembayarannya berasal dari Negara melalui bank yang ditujukan kerumah sakit yang telah ditentukan dan dilakukan dalam bentuk paket pelayanan kesehatan (pengobatan) berdasarkan klaim.
Kartu Jakarta Sehat ini adalah bagian dari program Gubernur Jokowi untuk mengansuransikan seluruh penduduk Jakarta.

a.      sintesa implementasi Kartu Jakarta Sehat
Berdasarkan  penjelasan di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Implementasi Kartu Jakarta sehat adalah suatu pelaksanaa bantuan sosial khususnya untuk waktu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang semua biaya pelayanan ditanggung oleh Pemerintah agar pasien bias mendapat kemudahan akses khususnya pada pelayanan pasca berobat.


Adapun indikator dari implementasi Kartu Jakarta sehat adalah sebagai berikut;
a)      Waktu pelayanan
b)     Masyarakat
c)      Biaya pelayanan
d)     Kemudahan akses
e)      Pelayanan pasca  berobat

B.     Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan kepala puskesmas adalah seni pemimpin puskesmas untuk mempengaruhi bawahannya agar dapat meningkatkan kesehatan masyarakat secara optimal.
Seorang pemimpin puskesmas dalam menjalankan tugas harus mempunyai seni kepemimpinan diantaranya adalah mempengaruhi bawahannya, segingga bawahannya tersebut tidak merasa terpaksa dalam menjalankan tugasnya.Hal ini sangat diperlukan agar tercipta keharmonisan kerja antar pemimpin dan bawahan.
Motivasi pemimpin terhadap bawahan tidaklah cukup dengan kata-kata melainkan dengan tingka laku dan perbuatan yang dapat dijadikan teladan, system kekeluargaan merupakan cara tepat untuk menjalani ikatan batin dilingkungan kerja. Dengan demikian bawahan mempunyai tanggung jawab moral terhadap atasannya,
Pimpinan puskesmas mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu melayani masyarakat di bidang kesehatan, harus dapat mensosialisasikan program-program apa yang ada di unit puskesmas. Pimpinan puskesmas harus memperhatikan service (pelayanan) agar masyarakat dapat dilayani dengan baik tanpa membedabedakan antara si miskin dan si kaya. Selain itu harus dapat meyakinkan kepada msyarakat bahwa di puskesmas walaupun biayanya murah namun mutu pelayanan tetap di utamakan.
Dalam menjalankan kewajibannya, pemimpin puskesmas tidak hanya mempengaruhi staf-stafnya agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, tetapi harus peduli pada masyarakat dalam mengatasi semua masalah kesehatan. Semakin baik hubungan yang dilakukan pimpinan puskesmas, stsf, dan masyarakat dalam menjalankan pelayanan kesehatan, maka akan terwujutnya masyarakat yang sehat dan berkualitas.           
 Berdasarkan uraian di atas tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:



Gambar
Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan Kepala Puskesmas (X)
Implementasi Kartu Jakarta Sehat (Y)
Kepemimpinan Kepala Puskesmas adalah suatu seni yang dimiliki kepala puskesma untuk mempengaruhi, mendorong, dan menggerakan bawahannya dan atau masyarakat untuk mencapai tujuan organisasi.
Implementasi Kartu Jakarta sehat adalah suatu pelaksanaa bantuan sosial khususnya untuk waktu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang semua biaya pelayanan ditanggung oleh Pemerintah agar pasien bias mendapat kemudahan akses khususnya pada pelayanan pasca berobat.
Indikator:
1.      Seni
2.      Mempengaruhi
3.      mendorong
4.      Bawhannya
5.      Mencapa tujuan
Indikator:
1.      Waktu pelayanan
2.      Masyarakat
3.      Biaya pelayanan
4.      Kemudahan akses
5.      Pelayanan pasca berobat
Masyarakat Sehat
 



 

30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Metode Penelitian
1.      Pengertian Metode Penelitian
Dengan mempelajari metode penelitian akan mendapat  pengetahuan  dan keterampilan di bidang metode penelitian. Pengetahuan dan keterampilan di bidang metode penelitian dapat digunakan untuk menyelidiki suatu masalah spesifik yang dibutuhkan. Dalam metode penelitian ini adalah proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.
Menurut Sugiono (2009:8) menyatakan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.
28
Filsafat positivisme memandang realitas suatu gejala atau fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab-akibat (kausal).Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif.
Sehingga penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random.jadi kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Menurut Jujun S. Suriasumantri (dalam Sugiono, 2007:8) menyatakan bahwa penelitian dasar  dan murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
Maka secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengungkapkan dan mendapatkan pemahaman mengenai kepemimpinan kepala puskesmas  terhadap implementasi program Jakarta sehat. Dalam pengetahuan pedoman yang digunakannya yaitu:
1.      Menterjemahkan pengetahuan yang telah diketahui sebagai penelitian terapan dalam rangka memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
2.      Berdasarkan pada paradigma potisivisme yang bersifat logika (kypotheco-veryfikatif) dengan perasa penelitian kuantitatif (bersifat linier dengan asumsi):


a.       Objek atau fenomena dapat diklarifikasikan.
b.      Menekankan asumsi bahwa setiap gejala ada yang menyebabkannya jika dengan sebab-akibat.
3.      Pendekatan yang dipakai adalah survei (penelitian) yang dilakukan terhadap populasi.
4.      Data berbentuk kuantitatif (yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan) data kualitatif yang diangkakan misalnya terdapat dalam  skala pengukuran berbentuk pernyataan atau keterangan yang memperlihatkan alternatif jawaban instrumen tersebut diberi skor atau nilai masing-masing: 4,3,2,1.
Dengan demikian, maka penelitian kuantitatif atau positifisme dengan berdasarkan asumsi pada suatu fenomena atau gejala dapat diklarifikasikan dengan hubungan bersifat kausal.Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memfokuskannya kepada dua variabel saja, yaitu variabel kepemimpinan kepala puskesmas(X) dan variabel implementasi program Kartu Jakarta sehat (Y).





1.      Model/Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2009:7) menyatakan bahwa: metode ini disebut metode kuantitatif karena data statistik.
Selanjutnya Menurut Muhktar dan Erna Widodo (2000:15) mengatakan bahwa metode penelitian Deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu saat tertentu. Melalui metode kuantitatif dengan analisis deskriptif ini diharapkan dapat mengetahui sejauh mana Pengaruh kepemimpinan kepala puskesmas Terhadap implementasi program Kartu Jakarta Sehat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.
Dari uraian tersebut di atas, maka dikemukakan model konstelasi penelitian seperti di bawah ini:








Gambar
Model Konstelasi Penelitian
ε
X
Y
Ŷ = a+b

 





Keterangan
Ŷ          : Nilai yang diprediksi
a          : Konstanta atau bila harga X=0
b          : Koefisien Regresi
X         : Kepemimpinan Kepala Puskesmas
Y         : Implementasi Program Kartu Jakarta Sehat
ε          : Variabel Lain Yang Berhubungan (dalam penulisan ini tidak diteliti)


B.     Populasi dan Sampel
1.      Pengertian Populasi
Menurut Hadari (2005:141) Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karateristik tertentu di dalam suatu penelitian.
Menurut Sugiono (1996 : 51) menjelaskan bahwa, populasii adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek atau subjek yang mempunyai kuantitas  dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang tetapi juga benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek  atau yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karateristik atau sifat yang memiliki suatu subjek atau objek itu.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek dan objek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelejari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:90).
 Berdasarkan teori di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Seluruh Penduduk kecamatan Pasar Minggu yang berjumlah 44.003 jiwa, ditambah laki-laki berjumlah 22.618 sedangkan perempuan berjumlah sebanyak 21.380 orang,maka pegawai negeri sipili di Puskesmas yang berjumlah sebanayak 20 orang sesuai dengan kebutuhan perawat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu kota Administrasi Jakarta selatan.
2.      Pengertian Sampel
Menurut Sutrisno Hadi (2005:107) sampel yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau representasi artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal, tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.
Sedangkan menurut Kountur (2005:136-138).Pada umumnya kita tidak bisa mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari suatu populasi karena terlalu banyak.representatif inilah yang disebut sampel.
Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (2007:94), menyatakan bahwa pada umumnya orang berpendapat bahwa 30 (tiga puluh) subjek penelitian merupakan sampel kecil dengan  sampel besar. 30 (tiga puluh) atau lebih bisa dikatakan sampel kecil sedangkan lebih besar dari 30 (tiga puluh) merupakan sampel besar.Sesuai dengan pendapat Arikunto yaitu populasi harus dihomogenkan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:134,141), teknik pengambilan sampel dilakukan simple random sampling (sampel acak sederhana).Teknik dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan aspek representatif (keterwakilan) dari sampel, artinya semua karakteristik yang ada pada populasi harus tercermin pada sampel.penelitian sampel baru boleh dilaksanakan apabila kondisi subjek penelitian di dalam populasi benar-benar homogen.
Berdasarkan teori di atas maka populasi harus dihomogenkan terlebih dahulu, yaitu jumlah keseluruhan Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Puskesmas yang berjumlah 20 orang selain kepala puskesmas, dan Rukun Warga (RW) berjumlah 10 RW, Rukun Tetangga (RT) berjumlah 10 RT, yang diasumsikan telah homogen karena mereka adalah mitra kerja Kepala Puskesmas Pasar Minggu dalam pelaksanaan tugas dan mampuh menilai dan mengkritisi Pengaruh Kepemimpinan Kepala Puskesmas dan Implementasi Program Kartu Jakarta Sehat. Agar hasilnya baik, valid, dan berkualitas, sehingga dalam penelitian ini diperlukan 40 responden yang diambil secara acak dari para ketua RW dan RT sebanyak 10 orang, ditambah dengan pegawai Puskesmas sebanyak 20 orang dan penduduk kecamatan yang tergolong miskin atau tidak mampu sebanyak 10 orang, yaitu masing –masing keterwakilan minimal telah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA).



C.    VariabelInstrumen Penelitian
1.      Definisi Konseptual variabel (X)
Kepemimpinan Kepala Puskesmas adalah suatu seni yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, dan menggerakan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
.

D.    VariabelInstrumen Penelitian
2.      Definisi Konseptual variabel (X)
Kepemimpinan Kepala Puskesmas adalah suatu seni yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, dan menggerakan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
3.      . Definisi Operasional Variabel (X)
Skor total  Kepemimpinan Kepala Puskesmas diperoleh dari 40 responden yang diukur dengan menggunakan instrument dalam bentuk 20 pernyataan dan menggunakan skala likert 1 : 4 yang terdiri dari 20 butir pernyataan. Indikator dari variabel Kepemimpinan Kepala Puskesmas (X) adalah:
1.      Seni
2.      Seseorang
3.      Mempengaruhi
4.      Bawhannya
5.      Tujuan organisasi





Tabel
Kisi-kisi Variabel Instrumen Penelitian
Variabel kepemimpinan kepal puskesmas (X)
Variabel
Indikator
Nomor Butir
Jumlah
Butir
(X)
1.Seni
1,2,3,4
4
2.mempengaruhi
5,6,7,8
4
3.mendorong
9,10,11,12
4
4.organisasi
13,14,15,16
4
5.Mencapai Tujuan
17,18,19,20
4
Jumlah
20

4.        Definisi Konseptual Variabel (Y)
Implementasi Kartu Jakarta sehat adalah suatu pelaksanaa bantuan sosial khususnya untuk waktu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang semua biaya pelayanan ditanggung oleh Pemerintah agar pasien bias mendapat kemudahan akses khususnya pada pelayanan pasca berobat.
5.      Definisi Operasional Variabel (Y)
Skor total implementasi program kartu jakarta sehat diperoleh dari 40 responden yang diukur dengan menggunakan instrument dengan bentuk skala Likert 1 : 4 yang terdiri dari 20 butir   pernyataan. Indikator dari variabel Implementasi program Kartu Jakarta Sehat (Y) adalah:
1.      Waktu pelayanan
2.      Masyarakat
3.      Biaya pelayanan
4.      Kemudahan akses
5.      Pelayanan pasca berobat
Tabel
Kisi-kisi Variabel Instrumen Penelitian
Variabel Implementasi program jakarta sehat  (Y)

Variabel
Indikator
Nomor
Butir
Jumlah
Butir
(Y)
1.      Waktu pelayanan
1,2,3,4,
4
2.      Masyarakat
5,6,7,8,
4
3.      Biaya pelayanan
9,10,11,12,
4
4.      Kemudahan akses
13,14,15,1,
4
5.      Pelayanan pasca berobat
17,18,19,20.
4
Jumlah
20

 D. Analisa Data
1.      Jenis-jenis Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui jawaban para responden yang sesuai dengan item pernyataan dalam instrumen penelitian. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi pemerintahan tempat penulis melakukan penelitian atau melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.
2.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi lapangan dalam bentuk angket untuk mendapatkan responden yang lebih operasional mengenai Pengaruh kepemimpinan kepala puskesmas terhadap implementasi program kartu Jakarta sehat.
Tujuan dari angket langsung kepada hal-hal yang bersifat langsung. sementara itu untuk mendapatkan fakta-fakta yang objektif penyelesaian populasi penelitian akan dilengkapi dengan penyebaran instrumen penelitian terhadap responden dengan jumlah 40 orang terdiri dari ketua RW dan RT sebanyak 10 orang, ditambah dengan pegawai Puskesmas golongan II A ke atas selain kepala puskesmas sebanyak 20 orang dan Masyarakat Kecamata Pasar Minggu yang tergolong miskin atau tidak mampu berjumlah 10 orang.
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena  pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk membantu dalam  metode penelitian, maka dalam pengumpulkan data ini dibutuhkan teknik pengumpulan data sehingga data yang diperoleh memenuhi persyaratan, komplit, relevan dan valid.
             Menurut Nazir (1999:211) “pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian”. dengan kata lain pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. untuk memperoleh data dan keterangan yang aktual dan objektif maka penulis menggunakan penelitian lapangan yaitu melakukan penelitian langsung pada objeknya yang bertujuan untuk mendapatkan data dan fakta dilokasi penelitian.
Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.      Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pernyataan berupa angket pada responden kemudian diisi dan dijawab secara tertulis oleh sumber data atau responden, sehingga antara bertanya dengan menjawab atau responden tidak bertatap muka.
b.      Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti.teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara, terutama data secara fisik yang digunakan secara langsung.
3.      Teknik Analisa Data
Hasil penyebaran angka masing-masing data diberi skor untuk dihitung dan dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi dan regresi, yaitu dengan:
a.       Korelasi sederhana untuk menentukan ada atau tidaknya Pengaruh antara variabel kepemimpinan kepala puskesmas (X) implementasi program kartu jakarta sehat (Y)
b.      Regresi Linear sederhana untuk melihat linearitas Pengaruh antara variabel X dengan variabel Y dan selanjutnya untuk menentukan kecenderungan kontribusi variabel kepemimpinan kepala puskesmas (X) terhadap implementasi program kartu Jakarta sehat (Y).  
c.       Untuk menganalisis data maka digunakan SPSS for Windows Version 14.00


Dalam penggunaan analisa regresi, perlu memperhatikan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu (1) sampel diambil secara acak, (2) variabel berhubungan secara linear, (3) variabel berdistribusi normal atau mendekati normal. Adapun langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengolah skor dari dua instrumen penelitian ke dalam bentuk penyebaran data yang disajikan dalam bentuk pengelompokan data yang dapat dihitung dengan rumus:
Dimana:
K                           : kategori
R (range)               : angka maximum – angka minimum
C (class)                :1+3,3 log n    

2.      Menghitung rata-rata hitung, dengan rumus:
                       
Dimana:
      X                  : Rata-rata
      ∑fx               : Jumlah skor variabel
N                  : Jumlah Sampel
3.      Menghitung simpangan baku atau standar deviasi skor masing-masing variabel, dengan rumus:
      Dimana:
      Sd                 : Standar deviasi
      Xr                 : Skor rata-rata
      n                   : Jumlah responden
      ∑fx               : Jumlah skor variabel.


4.    Untuk melihat linearitas hubungan menggunakan Regresi Linear sederhana, dengan rumus:
                        Ŷ = a + b X
Dimana:
Ŷ                   : Nilai yang diprediksi
a                   : Konstanta atau bila harga X=0
b                   : Koefisien Regresi
X                  : NilaiVariabel Independen

5.    Untuk melihat kekuatan hubungan dengan Korelasi Sederhana menggunakan rumus:
              
Dimana:
ryx                : Koefisien korelasi y dan x
∑x2               : Jumlah kuadrat dari skor x
∑x                : Jumlah skor x
n∑y2             : Jumlah kuadrat dari skor y
∑y                : Jumlah skor y
6.   Untuk melihat besarnya Kontribusi Variabel Implementasi Program Jamkesmas (X1) terhadap Variabel Kepuasan masyarakat (Y) dengan angka R Square atau Koefisien Determinasi, dengan rumus: KD = ( r2 )
7.   Dilanjutkan dengan uji signifikansi korelasi product moment dengan uji (t) dengan rumus : 
E.Lokasi dan Jadwal Penelitian
1.       Lokasi
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil data yang berlokasi di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta.

Gambar
Peta Kecamatan Pasar Minggu
Keterangan
                              Lokus penelitian (Puskesma Kecamatan Pasar Minggu)
Adapun lokasi penelitian ini dipilih penulis berdasarkan beberapa alasan, antara lain adalah:
a.       Adanya permintaan dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Yalimo, agar lokasi penelitian dipilih sekitar Jabodetabek.
b.      Lokasi penelitian berdekatan dengan tempat tinggal penulis, sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelitian.
2.      Jadwal Penelitian
Tabel
            Jadwal Penelitian

No
Kegiatan

Tahun 2013/Bulan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

1.
Survei
Lapangan













2.
Penyusunan
SUP













3.
Sidang Usulan
Penelitian













4.
Penelitian













5.
Penyususan
Skripsi













6.
Analisis Data













7.
Penyelesaian Skripsi













8.
Ujian Skripsi













9.
Perbaikian Skripsi













10.
Wisuda














Keterangan:                                        Waktu Pelaksanaan Kegiatan



 



JUDUL

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS TERHADAPIMPLEMENTASI PROGRAM KARTU JAKARTA SEHATDIPUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU KOTA ADMINISTRASIJAKARTA SELATAN PROVINSI DKI
JAKARTA

KUESIONER PENELITIAN
Oleh:
YANUS KEPNO

102041060


Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara(STIP-AN)





PANDUAN PENGISIAN KUESIONER
1.      Dengan hormat, mohon kiranya Bapak/Ibu berkenan mengisi atau memberikan jawaban atas pernyataan-pernyataan yang kami ajukan. Penelitian ini semata-mata hanya tujuan ilmiah, dan tidak berpengaruh terhadap kedudukan dan jabatan atau kepentingan Bapak/Ibu.
2.      Bapak/Ibu silahkan memilih salah satu jawaban atas pernyataan-pernyataan yang diajukan dengan memberi tanda contreng (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia yang memiliki arti sebagai berikut :
SS        = Sangat Setuju
      S          = Setuju
      TS       = Tidak Setuju
      STS     = Sangat Tidak Setuju
3.      Bapak/Ibu diharapkan membaca setiap pernyataan dengan teliti kemudian diperiksa kembali mungkin ada kolom jawaban yang tertinggal atau belum diisi.
4.      Bila merasa salah pada jawaban yang telah dipilih, Bapak/Ibu dapat memberi tanda silang (X) pada jawaban tersebut, kemudian mengganti jawaban baru dengan memberi tanda contreng (√) pada jawaban yang dipilih.
5.      Pastikan bahwa jawaban yang Bapak/Ibu berikan benar-benar jujur dan apa adanya serta berdasarkan penilaian yang objektif.
6.      Setelah kuesioner ini terjawab, mohon dikembalikan dan atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu dalam memberikan jawaban, diucapkan terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN

Nomor Responden                  :  ………………………………………………….
Nama                                       :  ………………………………………………….
Jenis Kelamin                          :  Pria / Wanita (*)
Umur                                       :  ………………………………………………….
Pendidikan Terakhir                :  SLTP / SLTA / PT (*)
Alamat                                                :  ………………………………………….............
   ………………………………………………….
Keterangan :
(*) coret yang tidak perlu.

                                            



Lembar Kuesioner Penelitian
Pengaruh Kepemimpinan kepal puskesmas  (X)

No.

Indikator

Pernyataan

SS

S

TS

STS

1.
Seni
1.      Kepemimpinan kepala puskesmas mampu mempengaruhi pegawai puskesmas sehingga dapat bekerja  sesuai tugas masing-masing.




2.      Kepala puskesmas  mampu mempengaruhi pegawai puskesmas sehingga mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas pelayanan.





3.      Kepala puskesmas dapat komunikasi dengan baik  terhadap  seluruh pegawai. kelurahan.




4.      Kepala puskesmas  Mampu mempengaruhi pegawai sesuai prosedur  pelayanan yang ada di puskesmas.




2.
Seseorang
1.      Kepala puskesmas mampu membimbing bawahannya dengan baik






2.      Kepala puskesmas  dapat membimbing pegawai puskesmas agar memiliki wawasan yang luas guna mendukung pelaksanaan tugasnya.




3.      Kepala puskesmas dapat membimbing pegawai untuk bekerja sesuai dengan motivasi sehingga mereka memiliki semangat kerja yang tinggi.




4.      Kepala puskesmas   memiliki pengalaman yang memadai dalam membimbing pegawai puskesmas dalam melaksanakan pelayanan yang baik kepada masyarakat.




3.
.
Mempengaruhi


1.      Kepala puskesmas mampu memahami dan  menggerahkan pegawai puskesmas.




2.      Kepala puskesmas  memiliki pengalaman yang memandai untuk dapat motivasi bagi pelaksanaan pelayanan publik.




3.      Kepala puskesmas mengerjakan pekerjaannya dengan efektif dan efesien berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.




4.      Kepala puskesmas  mampu menggerahkan masyarakat untuk pemahaman dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat .




4 .
Bawahannya

1.      Kepala puskesmas mampu mendorong bawahannya  agar bekerja dengan baik.




2.      Kepala puskesmas mampumemotivasi pegawai puskesmas dan masyarakat agar mengerti dan membayar sesuai dengan harga berobat.




3.      Kepala puskesmas mampu mendorong agar memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat sesuai dengan  ketentuan yang berlaku.




4.      Dengan adanya dorongan dari kepala puskesmas maka pegawai puskesmas lebih semangat bekerja dan memberi pelayanan yang baik.




5
Tujuan organisasi

1.      Kepala puskesmas mampu mendorongbawahannya  agarmencapai tujuan dan  menyadari kewajiban sebagai warga negara yang harus menbayar harga berobat.




2.      Kepala puskesmas  Mampu mempengaruhi pegawai puskesmas secara baik dalam melaksanakan tugas di puskesmas, supaya bisa berjalan dengan baik.




3.      Pegawai puskesmas mendapatkan pembinaan dari kepala puskesmas  sehingga memiliki keahlian yang sesuai dengan bidangnya masing-masing dalam memberikan pelayanan.




4.      Kepala puskesmas menggerahkan bawahan tentangpelayanan sesuai prosedur.











Lembar Kuesioner Penelitian
Implementasi program kartu Jakarta sehat (Y)
No.

Indikator

Pernyataan

SS

S

TS

STS

1.
Waktu pelayanan

1.      Bawahan harus semangat dalam pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan aturan yang ada di puskesmas.




2.      Seorang kepala puskesmas membantu bawahannya agar tetap semangat dalam tugasnya  sesuai dengan prosedur.




3.      Proses pelayanan yang diberikan oleh atasan baik.




4.      Proses Pelayanan untuk  sosial.




2.
Masyarakat

1.      pelayanan masyarakat miskin sesuai dengan  aturan yang ditentukan/diberikan.




2.      Para petugas melayani masyarakat miskin dengan baik dan benar




3.      Para petugas dapat melayani masyarakat miskin dengan baik dan benar.




4.      Penyelenggaraan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin sesuai prosedur.




3.

Biaya pelayanan

1.      Semua fasilitas puskesmas saat ini mendukung bagi masyarakat.




2.      Fasilitas semua biaya sesuai dengan jenis pelayanan di puskesmas.




3.      Semua biaya dikelola dan dimanfaatkan untuk melengkapi fasilitas puskesmas.




4.      Manfaat fasilitas semua biaya yang dapat mensejahterahkan pasien dan warga sekitar.





4.
Kemudahan akses
1.      Masyarakat rasa puas terhadap fasilitas puskesmas.




2.      Pemerintah memfasilitasi dalam pelayanan masyarakat dan terpenuhi dengan jasa pelayanan yang baik.




3.      Pegawai puskesmas bekerja dengan baik dikarenakan fasilitas puskesmas yang memandai.




4.      Pasien  merasa nyama berobat di puskesmas karena fasilitas puskesmas  yang mencukupi sesuai kebutuhan pasien.




5.
Pelayanan pasca berobat
1.       Pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin. 




2.      Semua biaya sangat mendukung di puskesmas,  karena demi masyarakat dan negara.




3.       Proses pelayanan bantuan sosial yang diberikan tepat waktu dan sasaran.




4.      Pemerintah sudah memberikan bantuan  semaksimal mungkin untuk melengkapi fasilitas puskesmas.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar